Awalnya si tiwul melakukan perjalanan untuk mempromosikan dirinya dari
satu pameran ke pameran lainnya namun dalam setiap pameran ternyata si
tiwul juga menghadapi begitu indahnya peninggalan bersejarah Indonesia
dan kebudayaan Indonesia di setiap wilayah yang dijelajahinya. Si tiwul
yang semula cuek dengan sekitarnya kini menjadi tertarik mengangkat
cerita tentang suasana sekitarnya. Bukan suasana saat pameran tapi lebih
khususnya tentang lokasi di mana pameran itu digelar.

Si
tiwul tidak membawa alat komunikasi yang canggih sehingga si tiwul tidak
bisa langsung bertanya pada mbah google tentang benteng Vastenburg.
Hasil jeprat jepret pun ala kadarnya dengan gaya fotografer amatiran.
Saat tiba pertama kali di pelataran halaman depan benteng, si tiwul
melihat ada beberapa pedagang angkringan dan penjual otakotak serta
jajanan malam lainnya. Para penjaja makanan ini pun tidak berjualan
dekat dengan tembok benteng tapi agak jauh dari tembok benteng. Suasana
penikmat jajanan cukup rame dan beberapa anak muda sampai subuh
menjelang pun masih betah nongkrong di pelataran luar halaman benteng.
Di tembok benteng ada tulisan 1775, dengan demikian perkiraan si tiwul
benteng ini dibangun tahun tersebut namun cat tulisan tembok dan warna
tembok tampaknya baru. Sepertinya bagian depan tembok benteng ini sudah
mengalami pemugaran tapi tidak tahu pasti kapan tepatnya tembok dan
tulisan VASTENBURG 1775 itu ditulis.
Halaman sekitar benteng ada
parit besar yang memagari benteng. Pintu masuk benteng berhadapan dengan
kantor pos yang berada agak jauh. Karena si tiwul sampai di benteng
pada malam hari maka si tiwul masuk ke dalam benteng lewat pintu
belakang. Si tiwul naik mobil memutari benteng berlawanan arah jarum
jam. Ada tempat parkir mobil bis wisata, ada tempat kuliner, ada
beberapa mart yang menjual tekstil Klewer, dan sekitar bagian belakang
benteng tampak sepi dan kumuh. Bagian ini belum tersentuh pemugaran tapi
terkesan sudah dibersihkan. Agak jauh dari pemukiman penduduk. Sepi
sekali bagian belakang benteng kalo di malam hari. Si tiwul masuk ke
dalam dan tampak panitia sedang menata panggung hiburan dengan suasana
gelap gelapan. entah kenapa. Si tiwul tidak berani bertanya hal tersebut
kepada mereka. Jam 12, posisi capek, si tiwul masuk ke dalam stand
tertutup yang dibangun di halaman dalam benteng.
Gelap. Dengan
hanya berbekal lampu senter dari penjaga keamanan pameran, si tiwul
memberanikan diri masuk ke dalam. Si tiwul pun tinggal sendiri di
dalam. Si tiwul kesepian dan hanya ditemani malam. Para pemboyong yang
membawa si tiwul pun pulang. Entah mereka sedang apa di luar benteng
Vastenburg yang terkesan angker ini.
Keangkeran di dalam benteng
Vastenburg dan malam-malam panjang di dalam benteng Vastenburg hanya si
tiwul yang tahu. Para pemboyong keluar meninggalkannya dan hanya
kembali pada pagi hari setelah pintu stand dibuka pada jam 9 pagi.
Si tiwul pengin bertanya pada pemboyongna tentang Benteng Vastenbur
Solo ini tapi setiap kali si tiwul melihat wajah-wajah pemboyongnya yang
kebingungan sendiri dengan lokasi benteng ini, si tiwul tidak berani
bertanya lanjut. Tidak ada informasi sejarah sama sekali di dalam
benteng ini. Hanya ada sumur pompa dan penampakan sisa-sisa bangunan
tembok tua yang mengitari benteng. Antara tembok benteng bagian luar dan
dalam terlihat ada ruangan. Berdasar reka penglihatan si tiwul,
sepertinya ada ruang di antara tembok beton itu dan ada kemungkinan juga
ada penjara bawah tanah di benteng Vastenburg Solo ini. Jika kita naik,
ke atas tembok beton dengan menaiki tangga beton yang belum dipugar dan
masih berlumut dan kumuh kotor ini kita bisa melihat pemandangan
kraton, pasar klewer, pasar gede dan sekitar benteng yang sungguh indah
namun tercemari oleh asap knalpot motor yang semakin banyak di kota Solo
yang memanas di siang hari. [mashambal]